|
Awal 1990-an ternyata menjadi
titik balik Sukaryo menapaki kesuksesan. Dua tahun bekerja di sebuah industri
rumah tangga pembuatan boneka di Bandung telah mengajarinya banyak hal. Belum
sempat menikmati hasil kerjanya, pada 1994 Sukaryo dan Suratinah, istri
Sukaryo, terkena PHK. Berbekal pengalaman bekerja di Bandung, Sukaryo
menguatkan tekad untuk membuka usaha kerajinan boneka di Dusun Candi. Uang
tabungan ditambah uang pinjaman hingga terkumpul Rp5 juta, ia gunakan sebagai
modal usaha.
Sistem dari mulut ke mulut dan pintu ke pintu menjadi andalan dalam
memasarkan boneka. Namun belum sempat menikmati keuntungan, krisis moneter
menghadang, ia pun menerapkan efisiensi produk. Upaya itu membuat bisnisnya
tetap berjalan. Seiring waktu, usahanya mulai dikenal luas oleh masyarakat
Magelang. Melalui penetrasi pasar dan memajang barang di sejumlah gerai
boneka milik langganannya, produk Tin Panda Collection makin diminati
masyarakat. Modalnya berkembang menjadi Rp50 juta. Omzet per bulan tak kurang
dari Rp20 juta. Dari keuntungan usahanya itu, Sukaryo mampu membeli satu
rumah untuk tempat produksi. Ia merekrut 7 warga sekitar, semuanya ibu rumah
tangga sebagai mitra kerja. Tin Panda Collection mendapat penghargaan tingkat
nasional Citi Micro- Entrepreneurship Award 2007 dari Citi Indonesia dan
Fakultas Ekonomi UI. Sukaryo dinobatkan sebagai pemenang pertama, pengusaha
kecil dan mikro kategori kerajinan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar